Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Terungkapnya 'Manusia Perahu'

Teka-Teki 'Manusia Perahu' Terungkap

Keberadaan manusia perahu atau nelayang asing di wilayah yang iya pimpin sejak 2010. Bahkan, sejak itu pula nelayan asing ini melakukan interaksi dengan masyarakat sekitar.

Pada 2010, pemerintah pusat tidak punya keputusan soal keberadaan pengungsi-pengungsi ilegal ini. Sebutan manusia perahu ini melekat karena mereka tidak punya rumah dan hidup keseharian di atas kapal di tengah laut. Bahkan mereka reproduksi dan berkembang di tengah laut.

"Awalnya jumlahnya tidak banyak dan hidup di laut dan tidak menetap dan tidak terpantau. Bahkan ada yang berinteraksi dan ada yang sudah menikah dengan penduduk lokal," kata Wakil Bupati Berau Kalimatan Timur, Ahmad Rivai di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Senin (24/11/2014).

Rivai menuturkan, sejak 2010 jumlah nelayan asing asal Philipina dan Malaysia ini berjumlah 153 dan ditampung di dinas sosial. Dia pun pernah meminta agar adanya pengawasan ketat di wilayah perbatasan dari masing-masing negara, baik Indonesia maupun Malaysia. Sehingga ada aparat keamanan yang menjaga pergerakan nelayan asing tersebut.

Ilustrasi Perahu Nelayan (pic:beritaekonomi.kiosgeek)


"Ada yang bilang manusia perahu, nelayan asing, sekarang ini belum bisa identifikasi pengertiannya apa. Yang jelas kami anggap orang-orang dari Filipina dan Malaysia yang selama ini di laut dan merapat di Laut Berau," kata Rivai saat ditemui di kantor pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Senin (24/11/2014).

Namun, diakui Rivai bukan berarti 'manusia perahu' yang berasal dari Pulau Semporna otomatis adalah warga Malaysia. Justru aparat setempat menemukan fakta di lapangan, fisik 'manusia perahu' mirip dengan orang Filipina dan berbahasa Tagalog.

melalui sumber dari detikcom dan merdekacom, Teka-teki siapa 'manusia perahu' yang ditangkap di Perairan Derawan, Kalimantan Timur, akhirnya terjawab. Wakil Bupati Berau Ahmad Rivai menjelaskan 'manusia perahu' adalah warga tak beridentitas yang berasal dari Pulau Semporna Sabah, Malaysia.

Ahmad mengakui, manusia perahu sudah lama masuk ke perairan Berau. Mereka tidak mempunyai kewarganegaraan, namun diduga mereka berasal dari filipina dan Malaysia. Awalnya jumlahnya tidak banyak dan menetap di tengah laut serta tidak terpantau.

Perahu Nelayan (pic: flickr)

 "Mereka juga dikejar diburu oleh Polisi Malaysia. Mereka merasa tersudut dan masuk ke wilayah kita. Mereka tinggal di Pulau Denawan," ungkapnya.

Rivai mengungkapkan, kehidupan sehari-hari manusia perahu ini selalu di atas perahu. Di mana, singgah ke daratan hanyalah untuk melakukan transaksi seperti jual beli dengan cara barter.

"Tetapi faktanya mereka ini adalah nelayan asing dari luar. Beranak pinak di perahu. Identitas belum bisa teridentifikasi karena tidak punya kartu identitas. Dari bahasa Filipina, menetapnya di Pulau Malaysia di Sampoerna di Denawan daerah situ mereka," tambahnya.

Bahkan, sambung Rivai, kapal-kapal yang dimiliki oleh manusia perahu ini berasal dari Indonesia juga. Namun, kapal tersebut hanyalah kapal yang berukuran kecil.

"Kapalnya tidak begitu besar. Ada daerah kita perahu mereka beli Rp 5 juta-7 juta. Kapalnya kecil jenis dompeng. Ini masalah bukan hanya kami yang tangani. Kami tidak sanggup karena ini ada masalah diplomatik jadi ada bilateral," tutupnya.

No comments :

Post a Comment

 

Populer Blog

Berawal Dari Ide


Populer Blog

Ayo Pakai Ide

Space Iklan Bebas Tentukan Posisi Pilihan ALT/TEXT GAMBAR ALT/TEXT GAMBAR

Populer Blog

Untuk Merubah Pribadi Anda